MEDIA CENTER HORIZONTAL
Saturday, 28 December 2024

Hari Lahir Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa

Nasional | MCNU Sidoraharjo Lembaga di lingkungan NU yang bertugas menggali, mengembangkan, dan melestarikan seni bela diri pencak silat Indonesia. Nama resminya adalah Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPS-NU) Pagar Nusa. Sedangkan Pagar Nusa sendiri berarti “Pagarnya NU dan bangsa”. Pagar Nusa dibentuk pada 3 Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. NU mengesahkan pendirian dan kepengurusannya melalui Surat Keputusan tertanggal 9 Dzulhijjah 1406/16 Juli 1986.

Lahirnya Pagar Nusa berawal dari perhatian dan keprihatinan para kiai NU terhadap surutnya ilmu bela diri pencak silat di pesantren. Padahal, pada awalnya pencak silat merupakan kebanggaan yang menyatu dengan kehidupan dan kegiatan pesantren.Surutnya pencak silat antara lain ditandai dengan hilangnya peran pondok pesantren sebagai padepokan pencak silat. Padahal, sebelumnya pondok pesantren merupakan pusat kegiatan ilmu bela diri tersebut. Kiai atau ulama pengasuh pondok pesantren selalu melengkapi dirinya dengan pencak silat, khususnya aspek tenaga dalam atau hikmah yang dipadu dengan bela diri. Pada saat itu seorang kiai sekaligus juga menjadi pendekar pencak silat.

Di sisi Iain tumbuh berbagai perguruan pencak silat dengan segala keanekaragamannya berdasarkan segi agama, aqidah, maupun kepercayaannya. Perguruan-perguruan itu bersifat tertutup dan saling mengklaim sebagai yang terbaik serta terkuat. Para ulama-pendekar merasa gelisah melihat kenyataan tersebut. H SuharbiIlah, seorang pendekar dari Surabaya, menceritakan masalah itu kepada K.H. Mustofa Bisri di Rembang. Mereka lalu menemui K.H. Agus Maksum Jauhari (Lirboyo), atau Gus Maksum, yang memang dikenal sebagai tokoh ilmu bela diri. Pada 27 September 1985 mereka berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Tujuannya untuk membentuk suatu wadah di bawah naungan NU yang khusus mengembangkan seni bela diri pencak silat. Musyawarah tersebut dihadiri tokoh-tokoh pencak silat dari Jombang, Ponorogo, Pasuruan, Nganjuk, Kediri, Cirebon, dan Kalimantan. Kemudian terbitlah Surat Keputusan Resmi Pembentukan Tim Persiapan Pendirian Perguruan Pencak Silat Milik NU yang disahkan pada 27 Rabi’uI Awwal 1406/ 10 Desember 1985 dan berlaku hingga 15 Januari 1986.

Musyawarah berikutnya diadakan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, pada 3 Januari 1986. Musyawarah ini menyepakati susunan Pengurus Harian Jawa Timur yang merupakan embrio Pengurus Pusat. Gus Maksum dipilih sebagai ketua umumnya.Nama organisasi yang disepakati dalam musyawarah tersebut adalah Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama yang disingkat IPS-NU. Ketua PWNU Jawa Timur K.H. Anas Thohir kemudian mengusulkan nama Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa. Nama “Pagar Nusa” berasal dari K.H. Mujib Ridlwan dari Surabaya, putra dari K.H. Ridlwan Abdullah, pencipta lambang NU.

Progres pembangunan Gedung Terpadu NU Sidoraharjo, Panitia pembangunan terus membuka jariyah bagi seluruh jama’ah untuk melanjutkan pembangunan Gedung tersebut | MCNU Sidoraharjo

H. Suharbillah mengusulkan lambang untuk Pagar Nusa, yaitu segi lima yang berwarna dasar hijau dengan bola dunia di dalamnya. Di depannya terdapat pita bertuliskan “Laa ghaliba illa billah” yang artinya “tiada yang menang kecuali mendapat pertolongan dari Allah”. Lambang ini dilengkapi dengan bintang sembilan dan trisula sebagai simbol pencak silat. Sedangkan kalimat “Laa ghaliba illa billah” merupakan usul dari K.H. Sansuri Badawi untuk mengganti kalimat sebelumnya, yaitu “Laa ghaliba ilallah”. Untuk membentuk susunan pengurus tingkat nasionai, PBNU di Jakarta membuat surat pengantar kesediaan ditunjuk menjadi pengurus. Surat ini ditandatangani Ketua Umum PBNU K.H. Abdurrahman Wahid dan Rais ‘Am K.H. Achmad Siddiq.

Pagar Nusa mengadakan Munas I di Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Kraksaan, Probolinggo. Surat kesediaan ditempati sebagai penyelenggara munas ditandatangani oleh K.H. Saifurrizal. la juga yang menentukan tanggal pelaksanaan acara tersebut, yaitu 20-23 September 1991. Namun, ternyata itu adalah tanggal yang tepat dengan 100 hari wafatnya K.H. Saifurrizal sehingga pada pembukaan acara pun terlebih dahulu diadakan tahlilan. Sesuai hasil Muktamar NU di Cipasung, Tasikmalaya (1994), Lembaga Pencak Silat NU Pagar Nusa berubah status dari Lembaga menjadi Badan Otonom. Kemudian pada Muktamar NU di Lirboyo (1999), status Badan Otonom kembali berubah menjadi Lembaga. Munas II Pagar Nusa diadakan di Padepokan IPSI Taman Mini Indonesia lndah, Jakarta, pada 22 Januari 2001. Acara ini diikuti perwakilan dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Riau, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Bahkan, Jawa Timur yang merupakan pusat pengembangan IPS-NU Pagar Nusa mengikutsertakan perwakilan dari cabang-cabang yang ada di 35 kabupaten/kota se-Jawa Timur dan pondok pesantren.Acara yang dibuka oleh Presiden K.H. Abdurrahman Wahid ini membahas agenda-agenda:

  1. Organisasi: Membahas masalah Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT) IPS-NU Pagar Nusa;
  2. Ke-Pasti-an: Membahas masalah Pasti (Pasukan inti) dan perangkat yang lain yang meliputi seragam dan atributnya, keanggotaan, dan kepelatihan;
  3. Teknik dan Jurus: Membahas, menggali, dan menyempurnakan jurus-jurus yang sudah dimiliki oleh IPS-NU Pagar Nusa yang kemudian didokumentasikan dalam bentuk hard copy (buku) dan soft copy (kaset dan VCD).

 

Saat ini Pagar Nusa memiliki seragam khusus, antara lain:

  1. Seragam Atlet baju dan celana berwarna hitam dengan bagde IPSI di dada sebelah kanan dan bagde Pagar Nusa di dada sebelah kiri dilengkapi sabuk kebesaran warna hijau yang diikatkan dengan simpul hidup di sebelah kanan;
  2. Seragam Pasukan lnti (Pasti) Putra: kemeja lengan panjang berwarna hitam, celana warna hitam, sepatu hitam PDH dengan memakai atribut yang telah ditentukan;
  3. Seragam Pasukan lnti (Pasti) Putri: pasukan yang dibentuk dan bertugas pertama kali pada acara Istighatsah Nasional PBNU di Lapangan Kodam V Brawijaya Surabaya pada 15 Mei 2003 ini memakai seragam berupa blazer (jas) berwarna hitam, jilbab hitam, celana hitam, dan memakai sepatu PDH berwarna hitam dengan atribut yang telah ditetapkan;
  4. Seragam Pengurus: baju dan celana warna hitam, jas warna putih, berkopiah hitam, dan bersepatu PDH warna hitam;
  5. Seragam Tim Khos: seperti seragam pengurus ditambah dengan simbol khusus;
  6. Seragam Kebesaran: jubah warna hitam yang dipakai hanya pada ajang tingkat nasional.

 

Sumber: https://www.nu.or.id
Editor: Achmad Ali

Berikan Komentar

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan
Alamat email Anda tidak akan ditampilkan