22 Maret 2023
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Apa kabar warga nahdiyin semoga tetap bahagia dan sehat selalu ya! Semoga tetap dalam lindungan, ramat, dan ridho Allah SWT, ada hal yang baru nih di Media Center NU Sidoraharjo “Ini Ceritaku” simak terus ya.
Kenalkan dulu Kebetulan penulis Terlahir di desa yang jauh dari hitamnya asap pabrik dan kendaraan, desa yang tiap saat masih terdengar suara orang mengaji, orang bersholawat, Orang Tahlilan dan suara adzan selalu berkumandang pada waktunya, yang baru kami sadari dewasa ini warga Nahdiyin sebutanya, dan Desa itu adalah “Desa Sidoraharjo”, desa yang masih menjunjung tinggi rasa kerukunan dan tengang rasa antara sesama, sungguh anugerah yang luar biasa dari Allah SWT yang diberikan kepada penulis, yang tanpa aku memintanya dan tanpa harus boking sebelumya bisa terlahir di lingkungan Warga Nahdiyin di Desa Sidoraharjo.
Ditakdirkan terlahir dari keluarga sederhana oleh seorang ibu yang sangat kami cintai, yang hampir saja menghembuskan nafasnya waktu proses melahirkanku, “sampean lahir nyungsang nak, jaman biyen gurung onok operasi mung direwangi dukun bayi sampek ibuk gak iso mlaku 40 dino nglairne sampean” (kamu lahir sungsang nak, jaman dulu belum ada operasi sesar ibuk lahiran hanya dibantu dukun bayi, sampai ibuk ngak bisa jalan selama 40 hari karena melahirkan kamu) sungguh ungkapan yang begitu menyayat hati dan sampai saat ini penulis mengetik dengan tangan gemetar dan berlinang air mata. Pengorbanan yang sunguh luar biasa ibu berikan padaku dan tak secuilpun pengorbananku bisa menggantikan pengorbanan beliau.
Bapakku adalah seorang yang memiliki prinsip yang kuat, keras mendidik anaknya tapi sangat bijaksana, dan sayang sekali pada anaknya, yang selama ini megajariku prinsip-prinsip kehidupan yang baik, keras wataknya tapi lembut hatinya yang ketika meneteskan air matanya tak mau terlihat anaknya, beliau sering berpesan “nak uwong iku seng di gugu omongane tapi seng dinilai lakune” (nak orang itu yang dipegang omongannya tapi yang dinilai adalah kelakuannya) sederhana tapi memiliki pesan moral yang dalam dan luar biasa.
”Ini ceritaku” sengaja Penulis buat untuk menemani bulan romahdlon tahun ini dengan berbagi cerita pendek kepada warga Nahdiyin yang akan kami tampilkan lewat Media Center NU Sidoraharjo, mohon doanya ya agar bisa istiqomah dan bisa berbagi pengalaman menarik kepada para pembaca. Sebut saja aku Surya bukan merek rokok loh ya.! Hehe.. dan inilah “Ini Ceritaku”.
Bagian 1
KODOK NGOREK
Kala itu penulis diajak teman sowan kepada sesorang sesepuh alim yang kelihatan masih umur 60an, belum menujukan kerutan dikeningnya, kulitnya kuning langsat tapi menurut temanku sudah tua umurnya bahkan sudah 100 tahun lebih, rumahnya jauh dari bisingnya suara motor, di desa yang agak terpencil dan jauh dari permukiman, jalan kerumahnya masih tanah dan dibeberapa ruas ada kubangan yang becek dan licin tapi masih bisa dilewati kendaraan roda dua dan mobil, warga menyebutnya Mbah Radin.
Tidak ada maksud tertentu hanya sekedar silaturahim dan kebetulan juga ada seseorang yang juga bertamu kesana, kami tidak tau namanya “Pak Haji” begitu Mbah Radin menyebut nama tamu yang lebih duluan datang tersebut, pak haji kebetulan yang datang lebih dulu bercerita bahwa usahanya sepi, omset penjualannya menurun dan minta didoakan oleh Mbah Radin agar usahanya diberi kelancaran dan ramai lagi, waktu itu saya yang hanya pemuda culun dan belum kenal secara baik orang yang ada dipertamuan, saya hanya terdiam disudut ruangan dan mendengarkan mereka berdialok.
Tidak malah didoakan sama Mbah Radin, beliau malah bilang dengan logat jawa timurannya “Pak Haji gak gampang yow wong bersyukur iku?” (Pak Haji tidak mudah ya orang bersyukur itu?) belum dijawab Mbah Radin melanjutkan perkataanya, “kamu kesini makan dulu kan? sampai di sini selamat juga kan?” Pak Haji hanya mengangukkan kepalanya, pergerakan kecil tanda mengiyakan jawaban tersebut.
“Syukur itu berat Ji, sampean tadi makan sudah mengucap Bismillah? Berangkat kesini juga sudah mengucap Bismillah?” Pak Haji tersebut hanya diam dan merunduk, “Gak iling Gusti Allah kok pengen sukses Ji” (Tidak ingat Gusti Allah kok Pengen sukses Ji). “Jangankan dikasih harta yang banyak, dikasih nasi satu sendok saja sudah lupa sama yang ngasih. Ingat Ji Ingat.! dan rukunlah dengan sesama, kalo rukun dengan sesama orang lain bisa jadi saudara, banyak temennya gak akan ada yang musuhi, jangankan orang, Kodok Ngorek klo waktunya bunyi, kok ada temennya yang ngak mau bunyi pasti dikeroyok sama temennya” sambil tangan beliau menunjuk ke arah kolam yang ada di samping rumahnya. Pungkas Mbah Radin
Mendengar perkataan Mbah Radin seketika itu saya tertegun banyak pesan moral yang beliau sampaikan ternyata untuk menjadi pengusaha yang sukses tidak cukup dengan ikhtiar dan doa, bisa mensyukuri sekecil apapun nikmat Allah dan selalu mengingat Allah adalah awal dari keberhasilan baik dunia dan akhirat. Dan menjalin relasi yang baik atau rukun dengan sesama adalah salah satu upaya untuk menarik pelanggan dan agar usaha kita bisa ramai.
Perumpamaan kerukunan yang digambarkan dengan istilah Kodok Ngorek membuat saya igat ketika masih menunggu Mbah Radin keluar dari rumah ke tempat pertamuan yang kebetulan di pendopo depan rumahnnya, saya sendari menunggu melihat-lihat ikan yang ada di kolam samping rumanya, dan kebetulan ada beberapa Kodok juga di kolam itu.
Entah kebetulan atau bagaimana beberapa kodok di kolam berbunyi dan saling bersautan yang satu bunyi “Kung” dan yang lainnya bunyi “Kong” secara berirama “kung kong, kung kong, kung kong” membentuk musik alam yang natural dan khas nuansa pedesaan, dan kebetulan saya menyaksikan ketika kodok berbunyi bersautan waktu kodok yang seharusnya berbunyi “Kong” tapi kok malah diam, tiba-tiba temenya perlahan mendatangi dan menindih temennya yang gak mau bunyi beriramaan tersebut.
Seketika itu saya menghela nafas dalam-dalam Ya Allaaah terimakasih sudah Engkau tunjukkan peristiwa seperti ini dan simbol simbol alam betapa pentingnya menjalin kerukunan antar sesama, jangankan manusia kodok saja kalo tidak kompak dan rukun akan dimusuhi temennya.
Semoga pembaca bisa mengambil hikmah dari cerita pendek diatas, tapi tidak perlu pembaca memantau kodok ngorek cukup penulis saja yang alami tapi kalo penasaran gak papa juga sih.! Hehe,.
Dilain waktu penulis berencana dengan teman-teman tidur di rumah yang masih belum jadi tapi sudah bisa ditempati, rencananya akan dijadikan tempat tinggal oleh guru kami, rumah yang masih tahap pembangunan pintu dan jendelanya masih belum ada tetapi sudah bertembok batu bata dan sudah beratap, waktu tidur dengan teman-teman kisaran pukul 23.00 WIB, tiba-tiba kami didatangi sesosok laki-laki badannya kurus tinggi kulitnya hitam dan berambut panjang memakai baju serba hitam.
Lanjut “Ini Ceritaku” ke Bagian 2
Tunggu tanggal tayangnya ya………!
Lanjutannya di tunggu